First Try

Suara ombak di malam hari menemani dua orang yang sedang bergemul di atas kasur. Dengan nafas yang terengah dan bibir yang saling mengecap menciptakan suasana yang intim untuk saling terjaga hingga pagi.

Sebelum benar-benar melakukannya, sekali lagi Mingyu memastikan suaminya apakah benar baik-baik saja jika mereka melakukannya sekarang.

Tapi Wonwoo sudah kepalang menyiapkan diri. Kalaupun tak siap rasanya percuma saja merasa gugup dari pagi buta karena memikirkan cara untuk 'menjalani kewajiban menjadi suami yang baik'.

“Tak ada yang perlu dipastikan lagi, just do it.”

Dengan sekali tarikan saja bibir Mingyu sudah jatuh di atas bibir Wonwoo. Menekan tengkuk sang dominan agar semakin dalam mengecapi bibirnya.

Saat sedang menikmati ciuman memabukkan darinya, Mingyu mulai meraba tubuh bagian bawah Wonwoo, menyadari bahwa telapak tangannya langsung menyentuh kulit paha sang submissive yang terasa halus.

Dadanya di dorong pelan oleh Wonwoo, berusaha menetralkan kembali paru-paru yang membutuhkan banyak oksigen.

“Ternyata kamu udah siap banget ya?”

Pertanyaan tersebut diiringi dengan tangan kanan Mingyu yang sengaja meremas pantat Wonwoo yang tak tertutupi sehelai benang pun.

Membuat sang empunya sedikit meringis kala sang dominan terlalu kuat mencengkram pantat kanannya.

“Aku emang udah siap. What about you?”

Mingyu sedikit menyeringai kala mendengar pertanyaan suaminya. Mau tau?

Ia turun dari kasur, membuat Wonwoo bingung apa yang sedang ia lakukan. Lantas membuka koper dan mengeluarkan sebuah kantung plastik kecil.

Itu kantung plastik yang Wonwoo lihat saat pertama kali mereka pulang ke rumah.

“Apa itu?”

Dengan santainya Mingyu mengeluarkan sebotol lubricant dan sekotak pengaman. Membuat Wonwoo terkagum atas apa yang suaminya lakukan.

“Wait, aku lihat kantung itu waktu kamu pertama kali pulang ke rumah?”

“Honey, I've been ready since day one.”

“Sini, aku mau pinjem.”

“Buat apa?”

Wonwoo menarik Mingyu untuk kembali ke kasur, mengambil botol lubricant yang ada di tangannya, lalu membuka botol itu untuk di balurkan ke badannya.

Entah apa rencana Wonwoo, tetapi saat ia sudah hampir membuka kancing kemeja yang dipakainya, Mingyu menahan tangannya dan mengambil kembali botol lubricant itu.

“I know your plan. Biar aku aja.”

Mingyu duduk bersilang di atas kasur, lalu menepuk paha nya mengisyaratkan Wonwoo untuk duduk diatasnya.

Kedua lengan Wonwoo ia kalungkan di leher Mingyu. Tak ingin bibir itu menganggur lantas menciumnya dengan lembut dan tak terburu. Menikmati setiap kecapan yang mereka lakukan.

Dengan cepat Mingyu melepaskan semua kancing kemeja Wonwoo, meremas pinggangnya sebentar sebelum meraba tubuh mulus itu.

Ia membaringkan tubuh Wonwoo, mengecup bibirnya sekilas lalu turun untuk mengecup rahangnya, lalu turun lagi untuk menghirup aroma tubuh Wonwoo tepat di perpotongan lehernya.

“Kamu manis.”

“Ah-apa?”

“Tubuh kamu. Baunya manis.”

“Aku di kamar mandi hampir sejam.”

“Biar wangi?”

“Iya. Mau kamu terkesan.”

“Hahaha. Good boy. Sebagai hadiahnya, let me bring heaven to you.”

Menghisap leher mulus Wonwoo dengan kuat, meninggalkan bekas merah yang terpampang jelas di depan mata.

Tangannya tak tinggal diam, bermain nakal di atas dada Wonwoo membuat gundukan kecil itu mengeras.

Wonwoo yang tak ingin hanya menikmati, mulai berani menyentuh bagian selatan Mingyu. Mengelusnya pelan, merasakan benda itu membesar dan mengeras.

Belum selesai ia bermain dengan kepunyaan Mingyu, kedua tangannya di genggam dan di bawa ke atas kepala. Memberikan akses lebih untuk mata Mingyu melihat setiap sudut tubuhnya.

“Jangan gerak sebelum aku suruh.”

Menurut, Wonwoo tak akan protes dan akan mengikuti seluruh permainan Mingyu.

Sebelum membalurkan tubuh Wonwoo dengan cairan pelicin, Mingyu tak ingin menyiakan kulit putih mulus itu untuk tetap polos.

Meninggalkan banyak bercak merah dari leher hingga ke perut, dan mencium gemas perut datar milik Wonwoo.

“Beauty.” ucapnya setelah puas melihat tubuh Wonwoo yang penuh dengan karyanya.

“gyu-h..”

“Yes, honey?”

“bi-bisa langsung... ke–intinya?”

Mingyu melirik ke bawah di mana kepunyaan Wonwoo yang sudah menegang dan mengeluarkan precum.

“No.”

Ucapan Mingyu malah membuat Wonwoo frustasi.

“gyu.. aahh, please?”

“No.”

Tanpa aba-aba, Mingyu menumpahkan setengah botol cairan pelicin ke atas tubuh Wonwoo. Lubricant yang dingin mengenai nipple nya yang sensitif, membuat Wonwoo refleks mengusap tubuhnya sendiri.

“Hei, aku tadi bilang jangan bergerak kan?”

Sungguh, apa Mingyu berniat membuatnya gila?

“gyu... hhhh.”

“Sabar sayang, semuanya butuh proses.”

Proses? Ini namanya penyiksaan!

Cairan pelicin yang ada di tubuh Wonwoo ia ratakan hingga membuat tubuh itu licin. Lalu turun kebawah di mana kepunyaan Wonwoo sudah tegak dan mengurutnya pelan.

Membuat Wonwoo tak sabaran hingga menggerakkan pinggulnya sendiri. Merasa Wonwoo tak memuruti perkataannya membuat Mingyu menghentikan gerakan tangannya.

“Hahhh, ke-kenapa beren-tih?”

“Jangan. Gerak.”

Hanya dua kata penuh penekanan membuat Wonwoo kesal. Ia tak mau begini, ia tak ingin Mingyu saja yang meladeninya.

Dengan sekuat tenaga Wonwoo memutar balikkan posisi. Membuat Mingyu terlentang di atas kasur dengan dirinya yang duduk tepat di atas kepunyaan Mingyu.

“Kalau aku gerak, kenapa?”

Pertanyaan biasa yang tampak tak biasa karena diajukan dengan suara yang sensual. Dirinya yang sudah terbawa nafsu tak sabaran saat Mingyu melakukannya dengan sangat pelan.

Lantas dengan nakalnya Wonwoo menggerakkan pinggulnya tepat di atas kepunyaan Mingyu yang tertutupi celana.

Meremat kaos hitam milik Mingyu yang masih terbalut sempurna di tubuh sang dominan.

“Aku gak suka banyak main-main. Kalau kamu mau liat badan aku, yaudah, nonton aja aku main sendiri.”

Wonwoo menarik celana Mingyu, membiarkan benda yang sudah tak tahan sesak terbebas begitu saja.

“Liat, udah begitu tapi masih mau main-main, gak sesak?”

“Sesak. Tapi liat kamu kesusahan kayak tadi lebih bikin aku puas.”

“Oh? kalau gini puas gak?”

Seperti seorang pro player Wonwoo melayani kepunyaan Mingyu. Meremasnya dan mengurutnya dengan tangan kecilnya.

“Kalo buat kamu kita gak perlu pake lube, langsung pake mulut aku aja kali ya?”

“Try it.”

Mingyu dibuat terpukau dengan kemampuan Wonwoo dalam memuaskan miliknya. Sehingga sebuah pertanyaan timbul di kepalanya.

“Kamu udah pernah ya?”

“Belum.”

“Tapi kok pro banget?”

“Nonton. Belajar dari internet. Hahaha.”

Hal selanjutnya yang dilakukan oleh Wonwoo adalah membiasakan lubangnya sendiri.

Ia mencoba untuk memasukkan 2 jari langsung ke dalam holenya. Tapi sayang itu tak membuatnya puas. Lantas meminta bantuan kepada Mingyu yang hanya menonton sambil bersandar di kepala ranjang.

“Tadi katanya suruh aku nonton aja?”

“hng- gyu..”

Terkekeh sekilas sebelum mengecup pelipis Wonwoo.

“Let me help you.”

Jari Wonwoo telah digantikan oleh jari Mingyu. Tak sebanding dengan jarinya yang kecil, jari Mingyu terasa sudah mengoyak holenya.

“Won, jangan di jepit.”

“Ahh, gyu.”

2 jari Mingyu sudah membuatnya pening, apalagi jika kepunyannya yang masuk ke dalam tubuh Wonwoo.

“Honey, be ready.”

Disini puncak permainan mereka. Dimana Mingyu yang dengan puas menghajar lubang Wonwoo, mendengarkan namanya di desahkan sepanjang malam oleh sang submissive, mengeluarkan benihnya di dalam sana, dan menikmati setiap cakaran di punggungnya.

“Gyu... capek.”

Permainan pertama selesai. Mereka berdua terlentang di atas kasur dengan nafas yang terengah.

“Sayang, jangan tidur.”

Tak ada suara dari orang di sebelahnya. Menoleh, ia mendapati Wonwoo yang sudah memejamkan matanya dengan nafas teratur.

“hahaha, padahal badannya belum di bersihin.”

Melihat sang suami sudah tertidur pulas membuat Mingyu tak ingin menganggunya. Ia membenarkan posisi tidur Wonwoo dan menyelimuti tubuh polos mereka.

Menepuk-nepuk pelan bokong Wonwoo sebelum ikut menyelam ke alam mimpi seperi sang suami.

“Good night, Love. Sleep well.”