Welcome back
“Aku udah di depan rumah kamu.”
”....”
“Oke.”
Tak lama setelah Mingyu mematikan sambungan telfon, pintu rumah bercat cokelat itu terbuka. Seorang pemuda manis berkaca mata keluar secara tergesa dengan pakaian putihnya.
Yang menunggu di dalam mobil bersiap menyetel lagu sesaat setelah yang di tunggu sudah duduk nyaman di jok sebelah.
“Udah lama?” tanya Wonwoo sembari memasang seatbelt.
“Baru kok.”
“Oh, yaudah. Ayo jalan. Mau kemana?”
“Timezone? udah lama gak main.”
“AYO! Main pump ya?”
“Boleh. Mode hard tapi.”
“Oke! siapa takut?”
Mobilnya dijalankan. Sengaja menyetel audio dengan volume 12, tak terlalu kecil tak terlalu besar tapi cukup untuk menginterupsi percakapan.
I get like this every time On these days that feel like you and me Heartbreak anniversary 'Cause I remember every time On these days that feel like you and me Heartbreak anniversary Do you ever think of me?
“Heartbreak anniversary gak tuh.” ucap Wonwoo dengan nada mengejek.
Mingyu dalam mode mellow adalah sasaran empuk untuk bahan bullyan. Orangnya akan diam sepanjang jalan seolah-olah urusan negara ada di pundaknya. Terlalu banyak hal yang dipikirkan.
“Emang bener kan? 8 Januari tahun lalu ada orang telfon malem-malem mau minta putus.”
“Ih, diungkit-ungkit terus.”
“Hahaha, yaudah enggak.”
“Aku mau tanya deh, waktu kita putus kamu nangis ya?” tanya Wonwoo penasaran.
“Iya.” jawab Mingyu santai.
“Oh, wow. Kaget.”
“Kaget doang, tanggung jawab dong.”
”...”
Yang dimintai pertanggung jawaban pura-pura tak dengar, malah mengalihkan percakapan yang membuat Mingyu terbawa topik pembicaraan dan melupakan tujuan utamanya.
“Kan, udah dibilang gak bakal menang kalau lawan aku.”
“Curang. Kaki kamu panjang jadi lebih mudah.”
“Itu gak curang namanya sayang... Ayo sekali lagi.”
“Gak mau. Pasti kalah lagi. Kita dance aja di sebelah.”
“Kamu gak capek?” tanya Mingyu. Tangannya yang semula berada di pinggang naik untuk mengelap keringat Wonwoo. Sedikit heran kenapa pemuda ini tak merasa lelah sama sekali setelah mencoba mengalahkannya 5 kali di permainan Pump It Up.
“Enggak. Tapi haus.”
“Yaudah duduk dulu bentar, aku beli minum.”
“Okei.”
Patuh ia menunggu sang mantan pacar membelikan minuman. Tangannya sibuk mengetik sesuatu di atas benda tipis yang digenggamnya.
Gyu cepet GYUUUU cepet plis... ada yang liatin aku dari tadi!!!!! COWOK BANYAK 3 orang takut huhuhu BELI MINUM DI HONGKONG YA LO?! lama banget buset gyu😭😭😭 anjing, satunya berdiri jalan NYAMPERIN GUE
“Wonwoo ya?”
“Ya?” Kepalanya mendongak, menatap lelaki yang sedari tadi memperhatikannya. Wonwoo tak kenal lelaki ini, sedikit terkejut saat orang itu memanggil namanya.
“Ah maaf. Kita temenan di instagram.”
“Oh, iya hahahaha.” tawanya canggung. Walaupun mereka berteman di instagram tapi Wonwoo tak tau orang ini. Wajar, ia jarang membuka sosial media.
“Dari tadi mau samperin tapi gak enak, kayaknya lagi asik banget.” ucap lelaki itu.
“Samperin aja gapapa, gak gigit kok.”
Lelaki itu tertawa, “lucu deh.”
“Lagi jalan sama pacar ya?” tanya lelaki itu lagi.
“Sayang, ini minum kamu.” Jawaban Wonwoo terpotong oleh kehadiran Mingyu.
Ia menoleh kearah lelaki yang mengobrol bersama Wonwoo tadi. Ditatapnya lelaki itu dari atas ke bawah sebelum melemparkan sebuah pertanyaan.
“Temen kamu, Ay? kok aku gak tau?”
Wonwoo bingung dengan perubahan sikap Mingyu, tapi ia lebih memilih untuk mengikuti permainan dari pada harus berlama-lama dalam situasi canggung ini.
“Iya. Yaudah yuk, katanya tadi mau photo box?”
Matanya menatap Mingyu, memohon untuk mengerti bahwa ia ingin cepat-cepat pergi dari sini.
“Oh iya. Duluan ya temennya Wonwoo.”
Mereka segera pergi meninggalkan lelaki tadi dengan kebingungan.
“Kenal cowok tadi?” tanya Mingyu saat mereka sudah memasuki photo box.
“Enggak, tapi dia kenal aku.”
“Ih serem, stalker kali?”
“Apasih, jangan bikin takut.”
Mingyu tertawa melihat Wonwoo yang memajukan bibirnya. Ia meminum minuman yang dibeli Mingyu tadi.
“Masih inget aja aku suka hazelnut.” Ia menyedot minuman dari pipet sambil menatap Mingyu yang sedari tadi memperhatikannya.
“Aku gak pernah lupa tentang kamu.”
Bicaranya kelewat santai, membuat Wonwoo mengalihkan matanya ke arah lain untuk menghindari Mingyu yang tersenyum manis ke arahnya.
Pertahanannya akan goyah sebentar lagi.
“Mumpung udah di sini sekalian poto ya?”
Permintaan Wonwoo dijawabi anggukan oleh Mingyu. Ia menggesek kartu dan menyuruh Wonwoo untuk memilih frame yang akan digunakan.
“Gyu, bagus-bagus ya.”
Pose pertama masih normal. Mereka berdiri bersandingan sambil menatap ke kamera.
“Yang kedua.”
Tangannya mulai berani untuk merangkul pundak Wonwoo. Yang dirangkul sedikit terkejut dengan tindakan tiba-tiba itu.
Tak ingin merangkul balik, tangan Wonwoo malah ia silangkan di depan dada dan tubuhnya ia condongkan ke depan.
“Kurang close up deh. Maju lagi nu.”
Potret ketiga adalah mereka yang sama-sama mendekatkan wajah kehadapan kamera.
“Nah, lebih deket lebih ganteng.”
“Gyu, satu lagi.”
Poto terakhir, pose terakhir, tapi tidak menjadi akhir.
Mingyu benar-benar menggunakan kartu kesempatannya. Dengan jarak mereka yang dekat dan tangan Mingyu yang masih bertengger di pundak Wonwoo, Mingyu mencium pipinya.
Mingyu mencium pipi Wonwoo sebagai pose terakhir mereka. Tercetak dengan sangat jelas di selembar kertas poto yang keluar dari mesin snapshot.
Sesaat setelah Mingyu menjauhkan bibirnya dari pipi Wonwoo, ia membisikkan sesuatu yang membuat Wonwoo mendapatkan kembali kesadarannya.
“Selamat tanggal 8 Januari. Ayo balikan. Gak usah mulai dari awal, kita lanjutin aja apa yang ada.”
Perlahan Wonwoo memberanikan diri untuk menatap Mingyu yang masih setia tersenyum padanya.
Tak lama bibirnya ikut melengkung ke atas, membalas senyuman dari pria di depannya.
Cup
Sebuah kecupan mendarat di bibir Mingyu. Hanya sebuah kecupan kilat yang berdurasi 1 detik.
“Ayo balikan, lanjutin apa yang ada.”
Senyuman manis yang Wonwoo berikan setelah memorak-porandakan jantung Mingyu membuat mereka tertawa.
Tangannya terbuka lebar untuk memberikan sebuah pelukan hangat sebagai ucapan selamat datang kembali ke hatinya.
Memang sedari awal mereka tak pernah beranjak dari hati masing-masing. Betah menetap walau tak ada status setelahnya.
Karena mereka tau bahwa tuhan mentakdirkan mereka untuk bersama. Dan jeda setahun sudah cukup untuk membuat mereka merasa kehilangan dan gelisah setiap harinya.
“Makasih udah mau terima aku lagi.” Ujar Mingyu.
Tubuh Wonwoo dipeluk Mingyu erat dengan tangan Mingyu yang menepuk punggungnya pelan.
“Kamu gak pernah pergi dari hidupku.” bisik Wonwoo.
Pelukan mereka terlepas. Kedua tangan mereka saling bertautan dengan Mingyu yang mengusap punggung tangan kanan Wonwoo pelan.
“Ayo pulang,
Pacar?”